Kamis, 26 Januari 2012

Perangko, KartuPos dan Filateli

Apa itu prangko ?
PRANGKO adalah benda berharga disamping fungsi utamanya sebagai tanda pelunasan porto dan biaya pos , juga merupakan wahana untuk menyampaikan pesan mengenai berbagai kepentingan masyarakat, termasuk carik kenangan bendapos bercetakan prangko. Dengan mempelajari prangko Indonesia anda dapat memperoleh wawasan akan keindahan kepulauan Indoneia dan lain-lain.

Sebelum prangko tercipta, pelunasan biaya pengiriman surat masih dilakukan dengan sejumlah uang tunai. Pembayaran secara tunai ini ada yang harus dibayar terlebih dahulu oleh si pengirim surat tapi ada pula yang harus dibayar oleh sialamat. Prangko pertama diterbitkan di Inggris pada tanggal 6 Mei 1840, setelah itu berkembang ke beberapa negara termasuk Indonesia. Di Indonesia prangko berkembang dengan melalui beberapa periode yaitu :

Masa penjajahan Belanda
Pada masa tersebut di Indonesia telah dipergunakan prangko " Raja Willem III" yaitu pada tahun 1864. Prangko pada zaman Hindia Belanda ini berwarna merah anggur dan memuat gambar Raja Willem III dari Belanda dalam bingkai berbentuk persegi,pada bagian atas prangko terdapat tulisan " 10 cent" dan pada bagian bawahnya memuat tulisan " Postzegel" pada bagian sebelah kiri memuat tulisan " Nederl" dan pada bagian kanan memuat tulisan" Indie".prangko Hindia Belanda pertama ini tidak berperforasi (tanpa gigi), dicetak di negeri Belanda (Utrecht) sebanyak 2.000.000 prangko.Gambar prangkonya dirancang oleh T.W kaisar dari Amsterdam.


Masa Pendudukan Jepang
Sesudah pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada bala tentara jepang tanggal 8 Maret 1942,Pemerintah Sipil dilakukan dibawah Pimpinan Angkatan Perang Jepang. Pada awal Pendudukan Jepang persediaan prangko Jaman Belanda masih banyak.Karena prangko baru belum sempat dicetak ,Prangko-prangko lama tetap dipergunakan dengan membubuhkan cetak tindih yang mempergunakan huruf Jepang. Gambar-gambar cap tersebut ada yang berupa " Binatang" seperti didaerah Aceh,ada yang berbentuk" Palang" seperti di Sumatra utara dan ada yang berwujud "Jangkar" seperti didaerah Indonesia Timur. Cetak tindih tersebut memuat kata "Dai Nippos Yubin Kyoku" . Setelah melalui masa cetak tindih maka pada tahun 1943 diterbitkan prangko-prangko Jepang yang bergambarkan bola dunia dengan peta kerajaan Jepang,kerbau yang sedang membajak,pantai laut dan lain-lain.


Masa perang Mempertahankan kemerdekaan
Bangsa Indonesia tidak melewatkan peluang emas pada hari hari terakhir perang dunia kedua ketika jepang menyerah kepada sekutu dengan memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, tetapi pengambilalihan kekuasaan tidak berjalan dengan mulus,Karena bala tentara Jepang tidak mau menyerahkan kekuasaan dan persenjataan mereka kepada pihak Indonesia.Demikian pula dengan pelayanan pos, selama lebih dari sebulan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI masih ditangani olah Dinas Pos Jepang.

Tetapi tanggal 29 September 1945 ,tentara Belanda yang membonceng tentara sekutu yang bertugas melucuti persenjataan Jepang mendarat di Batavia,terjadilah perang fisik yang paling berdarah dalam sejarah bangsa Indonesia yang menelan korban lebih dari 1 juta jiwa.Perang berlangsung sejak Oktober 1945 s.d akhir 1949.

Dari sudut Filateli masa tersebut sangat menarik karena ada 3 pelayanan pos yang diselenggarakan oleh dua negara yang bermusuhan diatas wilayah yang sama.Dikota-kota besar yang berhasil direbut Belanda berlangsung pelayanan pos dengan menggunakan prangko Ned-Indie,dilain pihak daerah yang masih dikuasai oleh RI pelayanan pos diselenggarakan oleh Djawatan PTT dengan menggunakan Prangko Indonesia. Prangko pertama yang dicetak oleh Pemerintaha Republik Indonesia yaitu "Memperingati setengah tahun merdeka", dalam memperingati 1 tahun Merdeka Pemerintah Indonesia menerbitkan prangko seri Revolusi tanpa perekat yang pada waktu di cetak di jakarta.

Masa Demokrasi Liberal
Pada awal tahun 1950 setelah berakhirnya masa Perang Kemerdekaan, PTT Indonesia memulai lembaran baru dalam sejarahnya.Sebagai akibat taktik bumi hangus gerakan-gerakan gerilya pejuang, berpuluh-puluh Kantor Pos,Kantor Telegrap dan Kantor Telepon hancur. Hal ini merupakan tantangan bagi PTT karena dengan kejadian tersebut merupakan hambatan terhadap lancarnya usaha pengluasan dan pembangunan Jawatan PTT. Salah satu sumber pendapatan Jawatan PTT untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran eksploitasi Perusahaan adalah hasil penjualan benda-benda pos, antara lain berbagai jenis prangko,sampul,warkatpos,kartupos,kupon balasan internasional formulir-formulir dan lain-lain. Dalam memnuhi kebutuhan tersebut maka diadakan pembaharuan kontrak antara Jawatan PTT dengan N.V Joh.Enschede en Zonen di Haarlem (Negeri Belanda) untuk pencetakan prangko harga Rp 1,- keatas dalam masa 5 tahun mulai tanggal 1 Januari 1950.

Pada permulaan tahun 1950 muali terdapat prangko : Prangkjo biasa seri Angka(smelt) yang terbit pada tanggal 1-1-1949, Prangko Biasa seri Bangunan(dengan gambar rumah dan candi) yang terbit pada tanggal 1-9-1949, Prangko Peringatan UPU seri UPU yang terbit pada tanggal 1-10-1949. pada awal 1950 sebagian dari sisa persediaan Prangko Seri Angka dan Seri Bangunan dibubuhi cetak tindih" R.I.S" .dan selama tahun 1950 diterbitkanlah prangko-prangko seperti Prangko RIS yang terbit pada tanggal 17-1-1950,Prangko Peringatan Seri Garuda diterbitkan pada tanggal 17-8-1950 dll.


Masa Demokrasi terpimpin
Pada tahun 1959-1965 banyak juga prangko yang diterbitkan seperti Prangko Biasa, Prangko Peringatan,Prangko Istimewa dan Prangko Amal. Untuk memperingati Dekrit Presiden Soekarno tanggal 5 Juli 1959 yang menyatakan berlakunya kembali Undang-undang dasar 1945 , dikeluarkanlah pada tanggal 17-8-1959 Prangko Peringatan "Berlakunya kembali UUD 1945" prangko tersebut terdiri dari 4 buah dengan harga 20 sen,50 sen,75 sen, Sampul Hari Pertama diterbitkan dengan harga Rp 7,50,-. Pada tanggal 26-10-1959 diterbitkan Prangko Peringatan seri Konperensi Kolombo ke II berhubung diadakannya Konperensi Rencana Kolombo ke II di Yogyakarta.Dalam tahun 1960 dikeluarkan Prangko Peringatan seri " Kongres Pemuda Seluruh Indonesia ", tahun Pengunsi Sedunia, seri Hari Kesehatan Sedunia." Pembasmian Malaria" dan prangko amal seri "Hari Sosial’ dan prangko biasa seri Presiden dan seri Hasil Bumi. Pada tahun 1962 bertalian dengan Asian games ke IV di Jakarta tanggal 22 Agustus 1962 s.d 6 September 1962 diterbitkan seri Asian Games.Pada tahun 1963 diantaranya diterbitkan seri Bendera Merah Putih, dan pada tahun 1964 diterbitkan seri Presiden,Transport dan Komunikasi.

Selama masa Demokrasi Terpimpin ini Jawatan PTT,PN Postel dan PN Pos dan Giro mempunyai fungsi sosial dalam pengumpulan dana bagi badan-badan sosial memberikan hasil bersih dari harga tambahan prangko- prangko amal kepada badan-badan sosial.


Masa Orde Baru
Perkembangan prangko dimasa Orde Baru mulai tangggal 11 maret 1966 s.d akhir tahun 1980, banyak prangko yang telah diterbitkan sebagai contoh mulai dari prangko Pahlawan Revolusi yang terbit pada tahun 1966 s.d prangko Peringatan 10 Tahun AOPTS ( Asian Oceanic Postel Training School) yang terbit pada tanggal 10-9-1980. berbagai jenis prangko telah diterbitkan oleh pemerintah Indonesia semakin hari semakin baik prangko yang diterbitkan baik dari desain maupun bahannya. Untuk dapat melihat jenis prangko-prangko yang telah diterbitkan anda dapat melihat pada katalog prangko Indonesia.


KARTU POS

 Standarisasi Kartu Pos
 
A. Pendahuluan
Diberitahukan bahwa Panitia Teknik Perumus Standar Nasional lndonesia untuk kartu pos pada tanggat 12 November 2001 melaksanakan Rapat Konsensus dan telah menetapkan Standar Nasional lndonesia mengenai Kartu Pos,Standar ini dimaksudkan sebagai salah satu usaha agar kartu pos, baik yang dibuat oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta mempunyai standar yang sama, Standar ini memperhatikan:
a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1984 tentang Pos;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1985 tentang penyelenggaraan Pos;
c. Publikasi Biro Internasional Universal Postal Union (UPU) tentang Letter Post Manual dari Universal Postal Union (UPU), Bern, Swiss, 2001 mengenai :
-  Article R-E (Letter Pos Regulations) 203 ayat 2.1 dan ayat 2.2 tentanglimit of size; -
-  Article R-E 205 ayat 3.1 s/d 3.5 terltang kartu pos;
-  Article R-E 309 tentang kiriman kurang atau tidak dibubuhi-prangko
d. Hasil uji spesifikasi teknis oleh Perum Peruri yang mengacu pada SNI. ;


B. Ruang Lingkup
Standar ini dirumuskan mencakup ukuran minimal dan ukuran maksimal kartu pos yang memenuhi syarat sebagai ukuran standar internasional untuk diposkan di Indonesia. Standar ini juga berlaku bagi kartupos bercetakan prangko dan kartu pos bergambar. Standar ini mencakup :
1. ukuran minimal,
2. ukuran maksimal,
3. bentuk kartupos


C. Persyaratan
Setiap kartu pos harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
1. Ukuran :
-  Maksimal 120 X 235 mm dengan toleransi 2 mm
-  Minimal: 90 X 140 mm dengan toleransi 2 mm
-  Ukuran panjang minimal sama dengan ukuran lebar dikali akar 2 (nilainya kurang lebih 1,4)
2. Bentuk kartu pos.: Kartupos harus berbentuk persegi panjang yang keempat sudutnya kartupos harus membentuk sudut 90 derajat.
3. Berat Kartupos :
- Minimal 1,5 gram
- Maksimal 3 gram
4. Ketebalan Kartupos
- Minimal 0,2, mm
- Maksimal 0,25 mm
5. Bagian belakang kartu posBagian belakang kartu pas dapat polos atau bergambar.


D. Persyaratan Tambahan
Untuk percetakan kode palang (barcode) pada kartupos, perlu disediakan ruang kasong yang terletak di bagian kiri bawah dengan posisi horizontal minimum, 15 mm. Bagian daerah pengirim dan penerima dilengkapi dengan KOTAK sebanyak 5 (lima) buah dengan garis kotaknya tidak berwama gelap untuk menuliskan nomor kodepos, Posisi kotak untuk kode pos daerah pengirim adalah 20 mm s:d. 23 mm dari sisi kiri bawah bagian daerah pengirim. Posisi kotak untuk kode pos daerah penerima adalah 40 mm s.d -45 mm dari sisi kiri bawah bagian daerah penerima. Tata letak ukuran bagian daerah pengirim dan penerima
- Tata letak daerah pengirim harus berjarak 45 mm s.d. 60 mm dari sisi kiri ke kanan kartu pos
- Tata letak dilengkapi dengan garis vertikal untuk pembatas antara bagian daerah pengirim dan penerima dengan perbandingan 45 dan 75.
6.  Bagian atas daerah penerima harus dicetak tulisan "KARTU POS" dalam bahasa indanesia atau bahasa lain yang digunakan aleh administrasi pos dari negara lain. Khusus untuk kartu pos    bergambar tidak harus dicetak tulisan KARTUPOS.
7. Bagian daerah pengirim harus dicetak kata " PENGIRIM " dilengkapi dengan garis-garis datar    sebanyak 4 (empat) baris untuk menuliskan nama, Alamat, dan kode pos pengirim
8. Bagian daerah penerima harus dicetak kata 'KEPADA" dilengkapi dengan garis-garis datar         sebanyak 4 (empat) baris untuk penulisan nama, alamat, dan kode pos dan penerima
9. Letak penulisan isi berita oleh pengirim :
Isi berita dapat ditulis oleh pengirim dibagian belakang kartu pos
Apabila bagian belakang tidak mencukupi. isi berita dapat dituliskan di bagian kiri depan kartu di atas kata PENGIRIM yang telah disediakan.


E.Spesifikasi Teknis Kertas Kartu Pos
1. Wama dasar putih atau mendekati putih dengan deviasi maksimal 30 %.
2. Kertas yang digunakan adalah brief caart (BC) dan I atau art carton.
3. Gramatur minimal180 gram per sentimeter persegi
4. Kekuatan talik dalam kilogram : Machine direction: 9 (minimal) ; Cross direction
5. Kekuatan sobek dalam gram per sentimeter MD/CD : 300 {mini~al) ,
6. Regang putus dalam persentase MD 1,2 % CD 1,3 %
7. Ketebalan kertas dan karton minimal 0,2 mm dan maksimal 0,25 mm.


F. Cara Uji
1. Warna dasar putih atau mendekati putih diuji dengan menggunakan SNI 14-0438 .
2. Pengambilan kertas dan karton diuji dengari menggunakan SN114-1764
3. Gramatur kertas dan karton diuji dengan menggunakan SNI 14-0439
4. Bentuk kertas kartu pos diuji dengan menggunakan SN114-1440
5. Ketahanan tarik kertas dan karton diuji dengan menggunakan SNI14-0437
6. Ketahanan sobek kertas dan karton diuji dengan menggunakan SN114-0436
7. Ketahanan retak kertas dan karton diuji dengan mengguriakan SNI14-0439
8. Ketebalan kertas daF) karton diuji menggunakan SN I 14-0435

Filateli berasal dari bahasa Yunani terdiri dari dua suku kata yakni Philos(yang artinya teman) dan Atelia (yang artinya pembebasan). Istilah ini untuk pertama kalinya dipergunakan oleh seorang bangsa Prancis bernama Herpin pada tahun 1864 (Pengetahuan Filateli, Perum Pos dan Giro, 1985).
Kegemaran mengumpulkan prangko berkembang pertama kali di Inggris dan meluas ke seluruh pelosok dunia termasuk Indonesia. Sebagai pendalaman terhadap hobi baru ini kemudian timbul keinginan untuk mempelajari dan meneliti lebih lanjut hal-ihwal mengenai prangko dan benda-benda filateli lainnya yang berkaitan dengan prangko sebagai objek ilmiah. Kegemaran ini dikenal dengan istilah filateli. Mereka yang memiliki kegemaran ini disebut Filatelis.
Dengan demikian seorang Filatelis sebenarnya adalah seorang ahli prangko. Seorang pengumpul prangko belum tentu Filatelis kalau belum memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang perprangkoan. Sebaliknya seorang Filatelis belum tentu mengumpulkan prangko atau memiliki koleksi prangko dalam jumlah yang besar. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan saat ini, sebutan Filatelis dipergunakan tidak saja untuk ahli prangko tetapi juga untuk pengumpul prangko.
Istilah Ekologi berasal dari Yunani: "Oikos", Tempat dan "Logos",kata, uraian atau biasa disebut ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antar organisme hidup dan lingkungannya, baik lingkungan fisik ataupun biotik dan mengutamakan baik hubungan antara spesies (tanaman atau hewan) yang berlainan maupun yang sama. Organisme adalah berbagai macam mahluk hidup baik yang ada di dalam air maupun yang ada di darat. Ir. Surna T.Djajadiningrat dalam makalahnya Peran Lingkungan Hidup Dalam Pembangunan mengatakan bahwa Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan mahluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.
Pengertian ini secara umum mencakup lingkungan hidup alami, lingkungan hidup buatan dan lingkungan hidup sosial.
Philateli is a term derived from Greek, comprising two words i.e. Philos (friend) and Atelia (liberation). This term was for the first time used by Herpin, aFrenchman, in 1864.

A hobby in collection stamps was developed in England and extended to the whole world, including Indonesia. The exploration of this new hobby has given rise to a curiosity to learn and search more about the history of stamps and other philatelic products as scientific object. This hobby is called philately, and the person who has this hobby is a philatelist.

Thus, a philatelist is actually a stamp expert. A stamp collector may not be regarded as philatelist unless supported by knowledge and experience in stamp properties. On the contrary, a philatelist does not necessarily collect stamps or possesses a huge collection of stamps. Nevertheless, in line with the current development, the term philatelist is used for both stamp expert and stamp collector.

The term of Ecology is derived from Greek world Oikos (home/house) and Logos (word/expression) or, in the other words, a study on the reciprocal relationship between living organisms and their environment, both physical and biotic, especially inter-relationship between the same or different species (flora or fauna). Organism is any living creature found on land or in the water.

The Role of Environment In the Development, a working paper presented by Eng.Surna T. Djajadiningrat, states that envoironment is a unit of space covering all objects, situation, and living creatures including human beings and their attitudes which affect human life and welfare and other living creatures.

in general, this definition covers natural and artificial environment, including social environment.